Jumat, 04 Maret 2011
Memahami irodah
Bulan januari-februari 2011 banyak kejadian yang cukup menyita perhatian lebih, belajar dan bertemu beberapa orang untuk mendengar dan sharing pengalaman hidup. Mungkin sudah waktunya harus kembali untuk menapaki jalan-jalan uluhiah (ketuhanan), yang sudah beberapa waktu sempat beristirahat sejenak.
Tentang Allah, sebuah kalimat yang di ucapkan dengan keyakinan, persepsi dan emosi yang berbeda akan memperoleh hasil dan akibat yang berbeda. Emosi dan persepsi "biasa" bila kalimat "Allah" diucapan oleh orang biasa, baik orang percaya, tidak percaya, berilmu atau tidak berilmu sampai ahli dzikir sekalipun. Kalimat tersebut akan sangat jauh efeknya bila diucapkan oleh orang dalam keadaan terjepit, sungguh-sungguh terjepit, teaniaya, terdholimi atau oleh orang-orang yang telah mencapai batas merendahkan diri "sumeleh".
Keyakinan, persepsi dan Emosi saat menyebut "ALLAH"
Bagi sebagian besar orang tidak terlalu peduli atas emosi dan persepsi saat mengucapkan "ALLAH". Berapa kali lisan mengucapkan "ALLAH" saat mengerjakan sholat, karena tidak diikuti persepsi dan emosi (dzon/perasaan) yang benar maka sholat yang dikerjakan tidak memiliki kesan atau "lalai".
Yang menimbulkan emosi/rasa ikhlas "muhlisuna-lahddin" ketika menyebut "Allah" adalah rasa butuh yang "mutlak", artinya sebuah keadaan yang membuat seorang meyakini sudah tidak ada yang bisa menolong selain Allah. sebagaimana disebutkan dalam Alqur'an:
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur"QS(10:22).
Dalam keadaan biasa meskipun "bisa" menyadari dirinya selalu butuh kepada Allah, sesungguhnya fikiran bawah sadar yang mengendalikan emosi dan dzon-nya tidak bisa merasa butuh kepada Allah. Mengapa bisa demikian?
Sejak manusia lahir, mulai bisa melihat, mendengar, merangkak dan berjalan dirinya terdidik untuk tidak membutuhkan Allah. Fikiran bawahsadar selalu menyadari bahwa "dirinya sendiri" yang melihat, mendengar, berbicara dan melakukan semua aktifitas tanpa bantuan Allah. Kesadaran adanya Allah diprogramkan ke fikiran melalui fikiran sadar jauh setelah fikiran bawah sadar meyakini tidak butuh Allah. Bayak orang beragama dan mau menjalankan semua aturannya tetapi sesungguhnya kesadaran "butuh" kepada Allah sebatas fikiran sadarnya, untuk mengetahuinya sangat mudah, apakah hatinya bergetar ketika mengingat Allah. Adanya rasa "bergetar" menunjukkan emosi "butuh" yang sebenarnya kepada Allah.
Selasa, 30 Maret 2010
Syukur dan kufur
Ketika aku berusaha menemukan syukur aku dapati diriku ternyata sangat "kufur". Kita tidak hanya syukur dalam makna spiritual tetapi juga finansial, sosial, kesehatan dan potensi diri. secara finansial ternyata aku termasuk "kufur", selama ini aku "menutup" aku tidak mau/bisa membuka usaha akibatnya aku juga tertutup dalam arti gak punya uang. Banyak teman-temanku punya banyak uang sebab mau membuka "usaha", ada sablon printing, warung dll.
Aku dapati ternyata diriku "takut" untuk syukur dan senang kufur dan aku benar-benar merasa tidak bisa syukur, banyak alasanku mulai aku tidak bisa bicara, punya kemampuan, takut rugi/gagal dn seterusnya yang menyebabkan aku jadi menutup, tidak membuka usaha.
Aku dapati sebuah konsep sederhana dan sangat aku rasakan manfaatnya, aku memberanikan diri untuk syukur dalam arti "membuka" yang aku bisa. QS(14:7) siapa membuka akan ditambah dan siapa menutup akan mendapat adzab/kesengsaraan. Aku mulai "membuka" dalam ari membeberkan atau meng ungkapkan dengan kata-kata mulai dari aku ucapkan, "aku bersyukur /berterimakasih kepadaMu ya Allah atas agama Nabi Muhammad dan milah Ibrahim", "aku syukur atas harta yang telah Engkau amanahkan". "anak istri, keluarga" dst.
Lebih kurang 1bulan selalu aku ucapkan setiap selesai sholat diiringi dengan bacaan fatihah setiap 1 ucapan syukur. sampai aku mendapat sebagian rahasia syukur nabi yunus ketika dalam penderitaan, yang bermula dari rasa takut, lari dan masuk perut ikan. Ternyata syukur adalah mengungkapkan kebenaran, ketika aku tidak punya uang berarti aku dalam kedloliman, pasti aku berbuat dlolim dengan tidak mau membuka usaha, yang sebenarnya aku sangat takut untuk membuka usaha. aku ucapkan doa nabi yunus dengan persaan "meskipun aku tidak bisa menghilangkan kekufuranku, aku dalam kedfloliman aku menerima dengan ikhlas karena aku masih bisa bertasbih".
Berlinang air mataku ketika aku mengucapkannya, banya dalam hati dari pada terucap secara lesan. sampai beberapa hari, kemudian aku merasa rasa takut-ku tiba-tiba mulai hilang dan aku mulai "bisa" berani untuk "membuka usaha".
Jumat, 15 Januari 2010
Interupsi fikiran bawah sadar
02/11/2009
Entah kenapa suatu saat kita dihadapkan pada suatu keadaan "stress", perasaan kacau, hati yang sangat tidak nyaman, ingin marah, frustasi atau emosi negatif semacamnya. Penyebab keadaan ini bisa kita ketahui atau tidak kita ketahui.
Keadaan ini seperti ini sebenarnya merupakan interupsi fikiran bawah sadar, yang menginginkan sesuatu untuk kebaikan kita atau fikiran bawah sadar "merasa" ada kekurangan pada diri kita. Bila diperhatikan "fikiran bawah sadar" seperti anak kecil ketika meminta sesuatu atau takut akan sesuatu, pasti ia akan menangis meronta-ronta dan sering sekali kita tidak mengetaui bagaimana menghentikan tangisnya. Jalan pintas menghentikan tangisnya sangat berbahaya bagi "kehidupan" anak dimasa datang, kebijaksanaan orang tua untuk mencari tahu penyebab tangis anak kemudian membujuk anak supaya berhenti menangis akan sangat bermanfaat besar.
Yang utama bagi kita adalah pertama harus difahami interupsi bawah sadar bersifat kondisional, ketika belum bisa naik motor tidak ada "keinginan" untuk "ngebut" karena "ngebut" merupakan kondisi ketika sudah dan dalam mengendarai motor. Semakin banyak "program" kesadaran semakin banyak pula interupsi fikiran bawah sadar tentang keinginannya akan sesuatu atau takut akan sesuatu, karena itu yang kedua sebisa mungkin "mempelajari teknik-teknik" mendidik atau mengetahui kebutuhan "anak" fikiran bawah sadar supaya bisa mengetahui "cara" dan menyelamatkan.
Ketika sudah dalam kondisi interpsi yang intens, langkah-langkah yang sebaiknya kita ambil:
1. Mencoba tenang, "Bagaimana bisa tenang sedangkan fikiran lagi kacau?", ini pertanyaan yang pasti terlontar dalam keadaan seperti ini. Kita perlu tahu sumber "kekacauan". Pengetahuan dasar klasifikasi fikiran sangat diprlukan untuk mengetahui sumber, Kesadaran, emosi, ingatan dan firiran kritis, dari keempat elemen fikiran mana yang paling intens.
2. Pada saat interupsi intens, pasti terjadi self-talk (percakapan sendiri) dari "bagian-bagian diri". Hal ini sangat wajar dan "normal", secara alami yang namanya "kekacauan" pasti ada bagian-bagian yang bertikai. Sebagai penengah seharusnya fikiran "kesadaran" (kita) tidak boleh terjebak dalam pertempuran sehingga tidak tahu solusinya, apalagi ikut memperkeruh keadaan.
3. Sebagai penengah, kita atur dialog, yang pasti self-talk dalam keadaan sekacau apapun pasti satu-satu. Masing-masing bagian diri punya tujuan sendiri-sendiri, pasti ada kompromi dan sebenarnya sangat mudah. Dalam keadaan seperti ini ide fikiran negatif pasti muncul, tapi sekali-kali jangan mau diperdaya menjalankan ide ini. Sebagai contoh, mungkin kita pernah kena tilang polisi, diminta dan kita membayar sejumlah uang, dalam beberapa saat pastilah terjadi "kekacauan", dalam kondisi ini pasti muncul ide untuk "menyantet" sipolisi yang namanya sempat kita ingat. Ide positifnya kita "do'akan" sipolisi dengan do'a kebaikan.
4. Tetap intensif dengan selalu menjaga "emosi positif", dalam kondisi ini jangan sampai terjebak dalam emosi negatif seperti sedih, susah, malu, marah, bingung karena emosi negatif yang diikuti pasti akan membawa semakin negatif. Sekuat tenaga kita harus mengangkat dalam emosi positif seperti "sabar" dalam arti pasrah dan menerima, "syukur" karena sadar bahwa ini yang terbaik bagi kita. Emosi posif akan mendorong kita untuk mengetahui solusi terbaik apa yang harus dilakukan. Nantinya kita akan tahu bahwa kekacauan yang terasa menghimpit kita, membuat dada terasa sesak ternyata cukup dengan membuat afirmasi positif yang bisa mengakomodasikan keinginan masing-masing bagian diri kita.
5. Cari referensi, bisa dilakukan dengan baca buku, alqur'an, atau apa sajalah. Curhat dengan orang yang dianggap punya solusi bisa sangat membantu.